Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Ulasan Film: 'Shazam!'

Film 'Shazam!' mengajarkan kepada penonton setidaknya dua hal: kadang film tak sebagus trailernya, dan terlalu banyak candaan dalam ...



Film 'Shazam!' mengajarkan kepada penonton setidaknya dua hal: kadang film tak sebagus trailernya, dan terlalu banyak candaan dalam film itu sebenarnya membosankan. Menyakitkan, tapi itulah yang terjadi pada film rilisan DC terbaru ini.

Sejak awal, Shazam! sudah menampilkan komedi, seperti saat memperkenalkan Billy Batson (Asher Angel), bocah 14 tahun dari panti asuhan dan mampu mengubah diri dari bocah menjadi sosok pria dewasa (Zachary Levi) berkekuatan super hanya dengan mantra khusus, Shazam!.

Komedi juga muncul saat film mulai fokus mengisahkan perjalanan Billy mendapatkan kekuatan super itu. Salah satunya, ketika ia berinteraksi dengan sahabatnya, Freddy Freeman sebagai satu-satunya orang yang mengetahui hubungan Billy dengan Shazam.

Film ini juga menunjukkan alasan klise mengapa Billy diberi kesempatan untuk menjadi superhero setelah bertemu penyihir dalam sebuah kesempatan. Billy adalah anak yang baik.

Sampai pada titik ini, Shazam! masih terasa nyaman berkat ragam adegan yang seimbang. Baik komedi, drama, dan laga masih saling melengkapi serta proporsional. Pada tahap ini, Shazam! bahkan bisa mengaduk-aduk perasaan penonton.

Namun sayangnya, upaya DC membuat film yang lebih terasa 'cerah' dan menyenangkan terlalu besar sehingga membuat 'gumoh'.

Perjalanan menyenangkan menyaksikan Shazam! mulai terganggu ketika pahlawan DC itu sudah sering tampil, yang kemudian dibarengi dengan intensitas lawakan di depan layar. 

Komedi yang diberikan oleh film garapan David F Sandberg ini justru melemahkan unsur superhero sebagai identitas film. Selain itu, intensitas unsur komedi yang tinggi menimbulkan kejenuhan.

Hal itu terjadi ketika Shazam melawan musuhnya, Dr Thaddeus Sivana (Mark Strong). Alih-alih berisi laga nan menegangkan, malah ditampilkan lawakan yang menghancurkan momen pertarungan seorang superhero.

Apalagi, tipikal lawakan yang ditampilkan terlalu mudah ditebak karena hanya menggunakan satu cara, yaitu dimulai dengan percakapan lalu disempilkan dialog candaan. Dan hal itu dilakukan dari awal hingga akhir. Bosan.

Penampilan Shazam! yang mengecewakan ini menegaskan anggapan bahwa DC telah menggadaikan identitas serta ciri khasnya demi uang. 

DC selama ini dikenal dengan gaya bercerita yang gelap sama sekali tak dimunculkan dalam 'Shazam!'. Bahkan, film ini terbilang terlalu 'cerah'.

Mungkin DC sudah kadung ingin mengikuti jejak Aquaman dan Wonder Woman yang sedikit berbeda dibanding riwayat film DC sebelumnya namun berhasil mendulang pundi-pundi.

Meski demikian, kualitas akting Levi sebagai Shazam patut diapresiasi. Ia sangat sukses berakting sebagai anak berusia 15 tahun. Pun dengan akting Strong sebagai penjahat super yang nampak sangat bengis.

Seperti kebanyakan film, ada dua cuplikan di bagian akhir Shazam!. Shazam bisa disaksikan di jaringan bioskop XXI, CGV dan Cinemaxxx.

Kuliah BEasiswa...?? Klik Disini




Reponsive Ads